Serba-serbi Laga Timnas di GBK: Euforia Suporter, Gema Takbir, dan Pedagang “Kejar Rezeki”

JAKARTA, Desapenari.id – Malam itu, Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) berubah menjadi lautan semangat. Timnas Indonesia menghadapi China dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Kamis (5/6/2025), dan suporter sudah memadati stadion sejak sore. Tak sekadar pertandingan biasa, momen ini bertepatan dengan malam takbiran Idul Adha, menciptakan perpaduan unik antara gegap gempita sepak bola dan nuansa religius.

Sorak Suporter & Gema Takbir yang Menyatu
Sejak pukul 20.20 WIB, kawasan Pintu 5 GBK sudah dipenuhi ribuan suporter. Mereka memakai jersey merah-putih, mengibarkan bendera, dan tak lupa membawa alat musik seperti drum serta peluit. Sorak-sorai “Garuda di Dadaku” bergema keras, tapi sesekali terdengar kumandang takbir dari masjid-masjid sekitar. Atmosfernya begitu magis—nasionalisme dan kehangatan Idul Adha menyatu sempurna.

Arif (42), warga Kramat Jati, datang bersama istri dan anaknya, Rehan (13). “Ini hadiah buat Rehan karena baru naik kelas. Biasanya cuma nonton di TV, sekarang bisa merasakan langsung euforia di GBK,” ujarnya dengan senyum lebar. Rehan sendiri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. “Seneng banget, seru banget!” serunya sambil melompat-lompat.

Rina (28), suporter asal Bekasi, juga merasakan energi berbeda malam itu. “Kami selalu datang kalau Timnas main di sini, tapi malam ini spesial karena berbarengan dengan malam takbiran. Rasanya lebih semangat!” katanya sambil mengacungkan bendera kecil.

Pedagang “Kejar Rezeki” di Tengah Euforia
Di luar stadion, suasana tak kalah ramai. Para pedagang musiman memanfaatkan momen ini untuk berjualan. Dani (40), penjual merchandise Timnas asal Bandung, menggelar lapak terpal sederhana di trotoar. Dengan cekatan, ia menawarkan syal, ikat kepala, hingga jersey timnas kepada para suporter yang berlalu-lalang.

“Kami sengaja datang dari Bandung buat jualan merchandise Timnas. Lumayan, bisa dapet rezeki sekaligus dukung Garuda,” ujarnya sambil tertawa. Meski jersey belum banyak laku karena suporter baru berdatangan, aksesori seperti ikat kepala laris terjual. “Iket kepala paling laris, harganya terjangkau. Kalau syal printing bisa sampai Rp 150.000,” jelasnya.

Dani mengaku harus “kejar-kejaran” dengan petugas terkait izin berjualan. “Ya namanya usaha, kadang harus gesit. Kalau diperbolehkan, ya syukur. Kalau enggak, ya cari spot lain,” katanya sambil tersenyum.

Pertandingan yang dijadwalkan mulai pukul 20.45 WIB ini bukan sekadar ajang olahraga, tapi juga panggung kebersamaan. Para suporter terus membanjiri GBK, siap memberikan dukungan tanpa henti. Beberapa grup suporter bahkan sudah memulai yel-yel penyemangat sejak satu jam sebelum kick-off.

Di tengah kerumunan, terlihat sekelompok anak muda asyik berfoto dengan latar belakang spanduk bertuliskan “Garuda Jaya”. “Ini pertama kali kami nonton langsung. Pengalaman yang nggak bakal terlupakan!” ujar salah satu dari mereka.

Sementara itu, petugas keamanan terus berjaga untuk memastikan keramaian berjalan lancar. Meski padat, antusiasme suporter tetap tertata rapi. “Kami sudah siaga sejak siang. Alhamdulillah semuanya terkendali,” ujar salah seorang petugas.

Laga malam itu bukan cuma tentang sepak bola. Lebih dari itu, ini adalah bukti bahwa semangat kebangsaan dan nilai-nilai religius bisa berkolaborasi dengan harmonis. Suporter pulang membawa cerita bahagia, pedagang bersukacita mendapatkan rezeki melimpah, dan Timnas semakin berkobar semangatnya berkat dukungan tanpa batas dari fans.

Satu hal yang pasti: malam di GBK itu akan terus dikenang sebagai momen di mana sorak suporter, gema takbir, dan geliat ekonomi kecil-kecilan menyatu dalam satu panggung megah. (Desapenari.id)

More From Author

Kasus Malpraktek Bayu Prasetyo: DPRD Jambi Panggil RS Erni Medika untuk Klarifikasi

Kepsek SMAN 9 Tambun Selatan Dinonaktifkan Usai Didemo Siswa, Gubernur Jabar Turun Tangan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *