desapenari.id, JAKARTA – Xi Jinping Sindir Hegemoni. Presiden China Xi Jinping menyampaikan sindiran tajam terhadap praktik hegemoni dan perundungan dalam pidato publik perdananya, tak lama setelah tercapai kesepakatan sementara penurunan tarif antara China dan Amerika Serikat dalam perang dagang yang telah berlangsung lama.
Dalam forum bersama para pemimpin Amerika Latin dan Karibia, termasuk Presiden Brasil, Kolombia, dan Chili yang hadir di Beijing, Xi dengan tegas menyatakan, “Tidak ada pihak yang menang dalam perang dagang atau tarif. Hegemoni dan perundungan hanya mengarah pada keterasingan.” CNN International melaporkan hal ini pada Selasa (13/5/2025).
Pernyataan tersebut mengulang kembali peringatan keras yang kerap disampaikan Xi selama masa konflik dagang dengan Presiden AS Donald Trump. Ia menekankan bahwa dunia tengah menghadapi perubahan besar yang belum terlihat dalam satu abad, sehingga kerja sama dan persatuan antarnegara menjadi hal mendesak dan mutlak.
Selama beberapa minggu terakhir, China mengambil posisi tegas dalam merespons tekanan dari Amerika. Di saat bersamaan, Beijing menjalankan strategi diplomasi aktif yang memperlihatkan dirinya sebagai pembela perdagangan global. Langkah ini juga mempererat hubungan dengan negara-negara lain dalam rangka melawan apa yang mereka sebut sebagai “intimidasi Amerika.”
Pada hari yang sama, Xi melanjutkan pendekatan tersebut meskipun telah terjadi gencatan senjata tarif.
Xi menyampaikan pidatonya dalam pembukaan pertemuan menteri Forum China-CELAC (Community of Latin American and Caribbean States) yang keempat.
“China bersama negara-negara Amerika Latin dan Karibia merupakan bagian penting dari Global Selatan. Kemandirian dan otonomi adalah nilai yang kita junjung. Pembangunan adalah hak kita, dan keadilan merupakan cita-cita bersama,” ujar Xi dengan nada diplomatis namun tegas.
Xi menyatakan bahwa China siap bekerja sama dengan negara-negara mitra CELAC untuk menghadapi tantangan geopolitik dan proteksionisme global.
China telah lama menjalin hubungan dagang erat dengan Amerika Latin, dengan Brasil menjadi tujuan utama ekspor kedelai, yang mencakup 73% total ekspor kedelai negara itu tahun lalu.
Meski Gedung Putih memuji kesepakatan ini sebagai kemenangan Trump, media China justru merayakan perjanjian ini sebagai “kemenangan besar” bagi Beijing. Akun media Yuyuan Tantian yang terafiliasi dengan CCTV menyatakan di Weibo bahwa respons tegas China terbukti efektif, memaksa AS menurunkan tarif.
Saat banyak negara berupaya menjalin kesepakatan dengan Trump pasca pengumuman tarif timbal balik pada 2 April, China justru mempertahankan posisinya. Negeri Tirai Bambu menerapkan tarif balasan dan sejumlah tindakan ekonomi lainnya sebagai respons atas tekanan Washington.
Selama lebih dari sebulan, AS menetapkan tarif putaran kedua sebesar 145% atas barang China, sementara China membalas dengan tarif 125% terhadap produk AS. Perang tarif ini pun telah menimbulkan dampak ekonomi di kedua negara.
Dalam kesepakatan terbaru, AS akan menurunkan tarif dari 145% menjadi 30%, sedangkan China memangkas tarifnya dari 125% menjadi 10%.