Belasan Dokter Mogok di RSUD Muna, Ratusan Pasien Jadi Korban!

MUNA, Desapenari.id – Aksi mogok kerja mendadak dilakukan oleh belasan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) LM Baharuddin, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, pada Senin (2/6/2025). Akibatnya, ratusan pasien yang berharap mendapat perawatan justru terpaksa pulang dengan tangan kosong.

Gaji Tertunda dan Ancaman Pemotongan Insentif Jadi Pemicu
Aksi mogok ini muncul setelah para dokter terus-menerus menghadapi dua masalah besar. Pertama, pihak rumah sakit belum membayar insentif mereka selama tujuh bulan berturut-turut, mulai Oktober 2024 hingga April 2025. Kedua, manajemen Rumah sakit justru berencana memotong insentif sebesar 30%, sebuah kebijakan yang langsung ditentang keras oleh seluruh dokter.

Para dokter menegaskan, mereka tidak akan menerima pemotongan tersebut karena sudah bekerja keras dan berhak mendapatkan insentif penuh sesuai kesepakatan.

“DPRD telah menetapkan keputusan bahwa insentif dokter harus tetap sesuai ketentuan awal tanpa pengurangan. Namun hingga detik ini, pihak manajemen belum juga merealisasikan keputusan tersebut,” tegas dr. Mudassir, Ketua Komite Medik RSUD LM Baharuddin, saat memberikan keterangan pada Senin.

Dia menambahkan, “Kami terus menunggu realisasi janji ini, tetapi sejauh ini belum ada tindakan nyata dari pihak terkait untuk memenuhi hak kami.”

18 Dokter Gabung dalam Aksi, Tuntut Kepastian Pembayaran
Tak main-main, sebanyak 18 dokter—mulai dari dokter umum hingga spesialis—bersatu dalam aksi ini. Mereka menuntut insentif dokter spesialis tetap Rp 30 juta per bulan, sementara dokter umum dan dokter gigi mempertahankan hak mereka sebesar Rp 7,5 juta.

Selain itu, Mudassir juga menyoroti minimnya transparansi keuangan rumah sakit. “Sampai sekarang, manajemen tidak memberikan penjelasan apa pun. Uangnya ada atau tidak? Rumah sakit ini untung atau bangkrut? Kami tidak tahu,” ujarnya dengan nada kesal.

Akibat aksi ini, seluruh ruang praktik dokter dikunci rapat. Pelayanan medis pun lumpuh total. Pasien yang datang untuk berobat umum, periksa gigi, atau bahkan penanganan penyakit serius terpaksa menelan kekecewaan.

Beberapa pasien bahkan sempat bertanya kepada petugas keamanan, bingung mengapa tidak ada dokter yang bertugas. Salah seorang pasien, La Saefu, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. “Kalau mau mogok, seharusnya ada pemberitahuan. Ditulis saja tidak ada layanan, kami tidak akan datang. Lebih baik jujur daripada bikin pasien menunggu sia-sia,” ujarnya geram.

La Saefu berharap masalah ini cepat diselesaikan agar pasien seperti dirinya bisa kembali dilayani dengan baik.

Para dokter menegaskan, aksi mogok ini tidak akan berhenti sampai tuntutan mereka dipenuhi oleh manajemen rumah sakit dan pemerintah setempat. Mereka bersikeras tidak akan kembali bekerja sebelum ada kepastian pembayaran insentif dan penolakan pemotongan.

Dampak pada Pasien: Antrean Panjang dan Keluhan Kesehatan
Sementara itu, situasi di RSUD LM Baharuddin semakin memprihatinkan. Puluhan pasien terlihat mengantre di depan ruang gawat darurat, sementara beberapa lainnya memilih pulang karena tidak tahan menunggu. Seorang ibu yang membawa anaknya yang demam tinggi mengeluh, “Saya sudah dari pagi di sini, tapi tidak ada dokter sama sekali. Anak saya semakin panas, tapi saya tidak tahu harus ke mana lagi.”

Baca juga: Porsche Tabrak Toyota Rush di Tol Sidoarjo-Porong, Simak!

Respons Pemerintah Daerah: Janji Penyelesaian tapi Minim Tindakan
Pihak DPRD Kabupaten Muna sebenarnya sudah mengeluarkan keputusan agar insentif dokter tidak dipotong. Namun, hingga hari ini, keputusan itu belum dijalankan. Wakil Ketua DPRD Muna, Andi Rahman, mengatakan, “Kami sedang berkoordinasi dengan pihak rumah sakit dan pemerintah daerah untuk segera menyelesaikan ini.”

Sayangnya, janji-janji seperti ini sudah sering terdengar, tapi belum ada bukti nyata. Masyarakat pun mulai kehilangan kesabaran.

Dokter: Kami Juga Punya Hak
Di tengah tekanan, dr. Mudassir kembali menegaskan bahwa aksi ini bukan sekadar soal uang, melainkan juga tentang keadilan. “Kami sudah bekerja keras, bahkan sering lembur tanpa tambahan bayaran. Tapi ketika hak kami diabaikan, apa lagi yang bisa kami lakukan selain mogok?” katanya.

Pasien Kronis Jadi Korban
Yang paling menderita dalam situasi ini adalah pasien dengan penyakit kronis yang harus rutin berobat. Sekarang tidak ada dokter, bagaimana saya bisa mendapatkan obat?”

Harapan Masyarakat: Cepat Selesaikan Konflik
Masyarakat Muna berharap pemerintah dan pihak rumah sakit segera mengambil langkah nyata. “Jangan sampai pasien yang jadi korban. Kami butuh pelayanan kesehatan, dan dokter juga butuh penghidupan yang layak,” kata La Saefu, mewakili suara banyak warga.

Aksi Mogok Jadi Sorotan Nasional
Aksi mogok ini bahkan mulai menarik perhatian media nasional. Apalagi, RSUD LM Baharuddin merupakan satu-satunya rumah sakit besar di Kabupaten Muna.

Apa Solusinya?
Beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan antara lain:

  1. Pemerintah segera mencairkan dana insentif yang tertunda.
  2. Manajemen rumah sakit membuka transparansi keuangan.
  3. Dialog antara dokter, manajemen, dan pemerintah untuk mencari solusi terbaik.

Jika tidak, bukan tidak mungkin aksi ini akan berlarut dan semakin banyak pasien yang terlantar.

Mogok Kerja: Senjata Terakhir Dokter
Para dokter sebenarnya tidak ingin mengambil jalan mogok. Namun, setelah berbagai upaya diplomasi tidak membuahkan hasil, mereka merasa tidak punya pilihan lain

Di satu sisi, pasien berharap aksi ini cepat berakhir. Sementara itu, waktu terus berjalan, dan kesehatan ratusan pasien menjadi taruhannya.

Kini, bola berada di pihak pemerintah dan manajemen rumah sakit. Apakah mereka akan segera bertindak, atau membiarkan krisis ini semakin dalam? Jawabannya akan menentukan nasib ratusan pasien dan masa depan pelayanan kesehatan di Muna.

More From Author

Bali Buleleng Siap Ekspor Arak ke China, Unggul Berkat Bahan Ental

Tokoh Adat dan Agama Lombok Tegaskan: “Pernikahan Anak Bukan Tradisi Sasak!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *