Warga Ramai Scan Retina Demi Uang, Ini Bahaya dan Kontroversi Worldcoin
Jakarta, Desapenari.id – Warga Ramai Scan Retina Demi Uang. Belakangan ini, warga Bekasi dan Depok, Jawa Barat, berbondong-bondong mengantre untuk melakukan pemindaian retina mata. Mereka tergiur iming-imin uang tunai ratusan ribu rupiah setelah mendaftar di World App, platform yang terhubung dengan proyek Worldcoin. Namun, pemerintah justru mengambil langkah tegas dengan membekukan izin operasionalnya.
Kominfo Bekukan Sementara Worldcoin
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memutuskan untuk memblokir sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) milik Worldcoin dan WorldID. Pembekuan ini dilakukan karena adanya indikasi pelanggaran aturan perlindungan data pribadi.
“Kami menemukan aktivitas mencurigakan dalam pengumpulan data biometrik warga. Sebagai langkah pencegahan, izin Worldcoin kami bekukan sementara,” jelas Kominfo dalam pernyataan resminya.
Apa Itu Worldcoin dan WorldID?
Worldcoin merupakan proyek cryptocurrency global yang dikembangkan oleh Tools for Humanity, perusahaan teknologi asal San Francisco, AS. Menurut Eko Wahyuanto, dosen Sekolah Multimedia STMM-MMTC Yogyakarta, proyek ini mengklaim ingin menciptakan sistem keuangan inklusif dan identitas digital yang aman.
Fitur utamanya adalah WorldID, sebuah verifikasi identitas digital berbasis biometrik iris mata. Untuk mendapatkannya, pengguna harus melakukan scan retina menggunakan perangkat bernama Orb.
Pelanggaran Regulasi di Indonesia
Di Indonesia, Worldcoin beroperasi melalui kerja sama dengan PT. Terang Bulan Abadi. Namun, perusahaan ini tidak terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan tidak memiliki TDPSE. Yang lebih mencurigakan, Worldcoin justru menggunakan izin atas nama PT. Sandina Abadi Nusantara, sebuah badan hukum berbeda.
“Ini jelas melanggar aturan. Penggunaan data biometrik harus diawasi ketat, apalagi melibatkan informasi sensitif seperti retina mata,” tegas seorang sumber di Kominfo.
Risiko Bahaya Pemindaian Retina
Meski menjanjikan uang tunai, banyak pakar memperingatkan risiko serius dari pemindaian retina, antara lain:
- Penyalahgunaan Data Biometrik
- Data iris mata bersifat permanen dan unik.
- Privasi yang Terancam
- Perusahaan asing bisa menyimpan data sensitif warga Indonesia tanpa jaminan perlindungan yang memadai.
- Eksploitasi Finansial
- Iming-iming uang tunai bisa jadi taktik untuk mengumpulkan data pribadi secara massal, nantinya dijual ke pihak ketiga.
Respons Masyarakat dan Pemerintah
Sejumlah warga mengaku tergiur dengan imbalan uang tunai, tetapi tidak menyadari risiko jangka panjang.
“Saya dapat Rp 300 ribu sekali scan. Tapi setelah dengar berita ini, jadi khawatir data saya disalahgunakan,” ujar Andi, salah satu warga Depok yang sudah melakukan pemindaian.
Sementara itu, pemerintah melalui Kominfo terus mendalami kasus ini.
Perlu Waspada :
yang sudah terlanjur mendaftar, disarankan untuk:
- Segera mencabut persetujuan penggunaan data melalui layanan World App.
- Memantau aktivitas keuangan terkait akun yang terhubung dengan Worldcoin.
- Melaporkan jika menemui transaksi mencurigakan ke pihak berwajib.
Dunia Mulai Waspadai Worldcoin
Indonesia bukan satu-satunya negara yang waspada. Beberapa negara seperti Jerman, Prancis, dan Kenya juga sedang menyelidiki operasional Worldcoin terkait isu privasi dan keamanan data.
Meski menjanjikan keuntungan instan, Worldcoin menyimpan risiko besar bagi privasi dan keamanan data. Pemerintah telah bertindak cepat dengan membekukan izinnya, tetapi masyarakat juga harus lebih bijak sebelum menyerahkan data biometrik kepada pihak tak jelas.
“Jangan sampai demi uang ratusan ribu, data pribadi kita diperjualbelikan,” pesan seorang pakar keamanan siber.