desapenari.id – Lebaran dirayakan dengan meriah di berbagai daerah di Indonesia, masing-masing dengan hidangan khasnya. Masyarakat Lampung tidak hanya menyajikan ketupat biasa, tetapi juga ketopat lonan.
Ketopat adalah sebutan ketupat dalam bahasa Lampung. Berbeda dari ketupat pada umumnya, ketopat lonan tidak menggunakan janur sebagai pembungkusnya, melainkan kain belacu. Proses pembuatannya cukup unik dan membutuhkan ketelitian.
BACA JUGA : 15 Ide Ucapan Hampers Lebaran 2025 yang Unik & Berkesan
Untuk membuat ketopat lonan, para ibu rumah tangga di Lampung memotong kain belacu berbentuk segi empat panjang. Mereka membentuk kantong dari kain belacu dengan menjahit sisi-sisinya. Setelah itu, mereka mencuci beras hingga bersih, mencampurnya dengan satu sendok makan air kapur, lalu memasukkannya ke dalam kantong. Mereka hanya mengisi setengah bagian kantong agar beras memiliki ruang untuk mengembang saat proses perebusan. Setelah itu, mereka menjahit bagian yang terbuka hingga tertutup rapat.
Setelah semua kantong terisi, mereka merebus ketopat lonan hingga setengah matang. Mereka mengeluarkan air tajin dari kain belacu dengan cara memukul-mukulnya menggunakan punggung sendok. Setelah menyelesaikan proses ini, masyarakat merebus ketopat lonan kembali hingga benar-benar matang.
Saat matang, teksturnya menjadi lebih padat dan kenyal, mirip dengan lontong. Kain belacu yang semakin langka di pasaran membuat ketopat lonan semakin sulit ditemukan.
Cupil, Ketupat Ketan dengan Bentuk Unik
Selain ketopat lonan, masyarakat Lampung juga menyajikan cupil saat Lebaran. Masyarakat juga menyebut makanan ini sebagai leppot.
Pembuat cupil membentuknya memanjang dan membungkusnya dengan anyaman daun kelapa. Proses pembuatannya masih menggunakan teknik tradisional. Para ibu rumah tangga biasanya menganyam sendiri daun kelapa untuk dijadikan pembungkus cupil.
Pembuat cupil menggunakan beras ketan yang dicampur dengan sedikit biji kacang panjang, berbeda dengan ketupat yang terbuat dari beras biasa. Kombinasi ini memberikan tekstur yang unik dan rasa yang lebih kaya.
Pengrajin membentuk ujung cupil menyerupai tanduk kerbau atau ikat kepala perempuan Minangkabau, sementara ujung lainnya mereka runcingkan. Proses perebusan cupil memerlukan waktu lama, sekitar 11 jam. Selama proses ini, para pembuatnya harus menjaga kestabilan api dan memastikan air dalam dandang tetap cukup.
Saat matang, cupil memiliki tekstur yang padat dan kenyal. Rasa cupil cenderung tawar, khas dari beras ketan yang pulen dan legit.
Cupil Lebih Cocok Disantap dengan Lauk Berbumbu Kuat
Masyarakat lebih sering menyajikan cupil dengan hidangan berbumbu kuat dibandingkan dengan ketupat yang biasanya disantap bersama opor ayam atau sayur gurih. Para ibu rumah tangga di Lampung menyajikan cupil dengan rendang daging kerbau atau sapi.
Kini, banyak orang menikmati cupil dengan berbagai hidangan khas, seperti rendang daging, ayam, jengkol, pindang ikan, gulai ikan, dan tempoyak. Masyarakat di berbagai wilayah Lampung semakin menggemari hidangan ini, terutama di daerah Tanggamus dan Pesawaran yang memproduksi cupil dalam jumlah terbesar.
BACA JUGA : Etika Mengulas Makanan, Tips dari 3 Ahli Kuliner
Dengan keunikan bentuk dan cara penyajiannya, ketopat lonan dan cupil menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Lebaran di Lampung. Jika berkesempatan berkunjung ke Lampung saat Lebaran, jangan lupa mencicipi dua hidangan khas ini!
One thought on “Ketopat Lonan & Cupil, Hidangan Lebaran Khas Lampung”