5 Tradisi Kuliner Lebaran, dari Makmeugang hingga Binarundak

5 Tradisi Kuliner Lebaran, dari Makmeugang hingga Binarundak

desapenari.id –  Masyarakat Indonesia merayakan Lebaran dengan beragam tradisi unik, termasuk acara makan bersama yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan dan mempererat hubungan antaranggota keluarga serta tetangga.

BACA JUGA : Shin Tae-yong Berburu Takjil Sebelum Laga Timnas vs Australia

Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam menjalankan tradisi makan bersama. Beberapa wilayah memiliki kebiasaan berbagi makanan dengan tetangga, sementara yang lain menggelar santapan bersama secara lesehan. Berikut lima tradisi makan bersama khas Lebaran dari berbagai daerah di Indonesia:

1. Makmeugang – Aceh

Masyarakat Aceh memiliki tradisi Makmeugang yang dilakukan menjelang hari besar, termasuk Idul Fitri. Tradisi ini telah berlangsung lebih dari 400 tahun dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Masyarakat Aceh melaksanakan Makmeugang tiga kali dalam setahun, yakni sebelum Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Pada hari itu, keluarga berkumpul dan menikmati hidangan berbahan dasar daging sapi atau kerbau yang mereka olah menjadi gulai kari atau rendang.

Masyarakat menyantap semua makanan secara lesehan, sehingga menciptakan suasana akrab dan penuh kehangatan. Tradisi ini mencerminkan nilai kebersamaan dan saling berbagi yang masih relevan hingga sekarang.

2. Binarundak – Sulawesi Utara

Di Sulawesi Utara, masyarakat merayakan Lebaran dengan tradisi Binarundak. Perantau yang kembali ke kampung halaman biasanya menjalankan tradisi ini untuk berkumpul bersama keluarga serta teman-teman.

Masyarakat memasak nasi jaha dalam acara Binarundak dengan mencampur ketan dan santan, lalu memasukkannya ke dalam bambu sebelum dibakar. Mereka melakukan proses memasak ini secara gotong royong, sehingga menciptakan suasana kebersamaan yang kuat.

Binarundak bukan sekadar tradisi kuliner, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga. Masyarakat sering menggelar kegiatan ini di sepanjang jalan atau lapangan terbuka, sehingga siapa pun bisa ikut serta dan menikmati momen kebersamaan.

3. Ngejot – Bali

Setelah sholat Idul Fitri, masyarakat Bali melaksanakan tradisi Ngejot. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur sekaligus upaya mempererat hubungan sosial dengan berbagi makanan kepada tetangga.

Dalam bahasa Sasak, “jot” berarti datang, sehingga Ngejot memiliki makna mendatangi rumah orang lain untuk menjalin hubungan baik. Masyarakat menyajikan opor ayam sebagai hidangan utama dalam tradisi ini, bersama berbagai makanan lainnya dalam satu wadah.

Menariknya, umat Muslim menjalankan tradisi Ngejot saat Lebaran, sementara umat Hindu melakukannya saat merayakan hari besar mereka. Tradisi ini mencerminkan toleransi dan harmoni antaragama yang sudah terjalin lama di Bali.

4. Saprahan – Kalimantan Barat

Di Pontianak, Kalimantan Barat, masyarakat Melayu merayakan Lebaran dengan tradisi Saprahan. Masyarakat melaksanakan tradisi ini pada hari pertama Idul Fitri untuk mempererat kebersamaan dalam keluarga dan komunitas.

Kata “saprahan” berasal dari “saprah,” yang berarti berhampar. Masyarakat menghamparkan kain di lantai lalu menyajikan makanan di atasnya dalam tradisi ini. Masyarakat duduk berkelompok dengan enam orang per kelompok dan menikmati hidangan secara lesehan.

Hidangan dalam Saprahan sangat beragam. Beberapa menu wajib yang selalu ada antara lain nasi kebuli, pacri nanas, sayur dalca, dan semur daging. Minuman khas seperti air serbat juga menjadi pelengkap tradisi ini.

Masyarakat Melayu telah mengakui Tradisi Saprahan sebagai warisan budaya tak benda. Mereka terus mempertahankan tradisi ini untuk melestarikan budaya dan mempererat hubungan sosial.

Menjaga Tradisi dan Nilai Kebersamaan

Tradisi makan bersama saat Lebaran bukan sekadar kegiatan kuliner, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat. Dengan mempertahankan tradisi ini, setiap generasi dapat terus merasakan makna sebenarnya dari Idul Fitri, yaitu berbagi kebahagiaan dan mempererat silaturahmi.

BACA JUGA : Bubur Sabilal, Kuliner Legendaris Khas Kalimantan Selatan

Dari Aceh hingga Kalimantan, setiap daerah memiliki cara unik dalam merayakan kebersamaan. Tradisi ini membuktikan bahwa keberagaman kuliner Indonesia tidak hanya mencerminkan kekayaan rasa, tetapi juga nilai budaya yang kuat.

More From Author

Bubur Sabilal, Kuliner Legendaris Khas Kalimantan Selatan

Bubur Sabilal, Kuliner Legendaris Khas Kalimantan Selatan

Saung Ciburial, Desa Wisata Garut yang Sukses Mendunia

Saung Ciburial, Desa Wisata Garut yang Desa Wisata

One thought on “5 Tradisi Kuliner Lebaran, dari Makmeugang hingga Binarundak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *