Etika Mengulas Makanan, Tips dari 3 Ahli Kuliner

Etika Mengulas Makanan, Tips dari 3 Ahli Kuliner

desapenari.id – Profesi pengulas makanan semakin populer, terutama setelah kasus antara Codeblu dan Clairmont menjadi sorotan publik. Namun, apakah semua orang bisa menjadi pengulas makanan?

BACA JUGA : 15 Ide Ucapan Hampers Lebaran 2025 yang Unik & Berkesan

Kasus Codeblu dan Clairmont: Awal Mula Perdebatan

Kasus ini bermula dari unggahan Codeblu pada 15 November 2024. Ia menyebarkan informasi dari sumber anonim yang menyebut sebuah bakery—yang diduga Clairmont—mendistribusikan kue kedaluwarsa ke panti asuhan.

Clairmont segera mengklarifikasi tuduhan tersebut dan meminta Codeblu menghapus unggahannya. Namun, Codeblu menolak dan malah menawarkan kerja sama senilai ratusan juta rupiah untuk memulihkan nama baik Clairmont. Merasa dirugikan, Clairmont melaporkan Codeblu ke Polres Metro Jakarta Selatan pada Desember 2024 atas dugaan penyebaran berita hoaks. Mediasi yang dilakukan pada 18 Maret 2025 gagal, sehingga kasus ini berlanjut ke jalur hukum.

Siapa yang Bisa Menjadi Pengulas Makanan?

Chef sekaligus sejarawan kuliner, Wira Hardiyansyah, menegaskan bahwa tidak semua orang bisa menjadi pengulas makanan.

“Seorang reviewer harus memahami dunia kuliner. Jangan hanya menilai dari rasa enak atau bumbu meresap. Harus tahu konteksnya,” ujarnya (21/3/2025).

Menurut Wira, seorang pengulas makanan harus paham perbedaan rasa yang autentik. Contohnya, saat mencicipi ayam kalasan, mereka harus bisa mengenali cita rasa khas ketumbarnya.

Selain itu, ia menekankan bahwa menyebut makanan “tidak enak” tanpa alasan yang jelas merupakan tindakan tidak profesional. “Enak dan tidak enak itu subjektif. Apa yang kita anggap mahal atau tidak layak, bisa jadi tetap laku di pasaran karena memiliki konsep yang jelas,” jelasnya.

Kejujuran dan Integritas dalam Mengulas Makanan

F&B personality, Tantra Tobing, juga berbagi pandangannya tentang etika seorang pengulas makanan.

“Reviewer harus jujur dan memiliki integritas. Jika makanan yang direview tidak sesuai selera, lebih baik menolak job daripada merusak kepercayaan audiens,” katanya.

Tantra juga mengingatkan masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih reviewer yang kredibel. Ia menjelaskan bahwa masyarakat di luar negeri lebih menghormati profesi kritikus makanan karena mereka biasanya berasal dari latar belakang jurnalistik dan menulis untuk media terkemuka.

“Kritikus makanan menilai setiap elemen restoran secara objektif. Mereka biasanya memberikan skor yang menentukan kualitas restoran tersebut,” tambahnya.

Food Reviewer Bisa Menciptakan Ekosistem Kuliner yang Sehat

Gupta Sitorus, seorang pebisnis kuliner dan jurnalis gastronomi, menegaskan bahwa food reviewer dapat memberi dampak positif jika mereka menjalankan profesinya secara etis.

“Review yang jujur dan berimbang bisa menciptakan ekosistem kuliner yang lebih sehat. Konsumen mendapat informasi yang jelas, sementara pemilik restoran mendapat umpan balik untuk meningkatkan kualitas,” ujarnya.

Gupta merangkum enam etika penting bagi seorang pengulas makanan:

  1. Jujur dan transparan dalam memberikan ulasan.
  2. Menjaga integritas, tidak menerima bayaran untuk menutupi kekurangan restoran.
  3. Menghargai budaya dan keadilan, tidak sembarangan menghina makanan daerah tertentu.
  4. Memiliki sensitivitas sosial, memahami bahwa ulasan mereka bisa berdampak besar pada bisnis kuliner.
  5. Memberikan umpan balik secara langsung jika ada kritik yang membangun.
  6. Paham dunia kuliner, memiliki wawasan tentang rasa, teknik memasak, dan sejarah kuliner.

Gupta menyesalkan bahwa banyak reviewer hanya fokus pada konten viral tanpa memperhatikan etika.

“Beberapa reviewer menggunakan kekuatan mereka untuk memperoleh keuntungan secara agresif. Pengulas makanan harus menghindari hal ini. Reviewer harus memiliki kebijaksanaan dan empati dalam menyampaikan ulasan,” pungkasnya.

BACA JUGA : Bunga Bangkai Mekar di Kebun Raya Cibodas Saat Lebaran

Kesimpulan

Mengulas makanan bukan sekadar menyebut “enak” atau “tidak enak.” Seorang reviewer harus memiliki wawasan kuliner, kejujuran, serta memahami dampak dari ulasannya. Profesi ini memberikan manfaat bagi konsumen dan industri kuliner jika pengulas makanan menjalankannya dengan benar.

More From Author

Bunga Bangkai Mekar di Kebun Raya Cibodas Saat Lebaran

Bunga Bangkai Mekar di Kebun Raya Cibodas Saat Lebaran

Ketopat Lonan & Cupil, Hidangan Lebaran Khas Lampung

Ketopat Lonan & Cupil, Hidangan Lebaran Khas Lampung

One thought on “Etika Mengulas Makanan, Tips dari 3 Ahli Kuliner

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *